Pesona Wisata Pantai Pangi

Pantai Pangi terletak sekitar 25 km arah selatan kota Blitar. Dari arah kota, perjalanan akan melintasi jalan naik turun melewati daerah Kademangan, terus ke arah Desa Gawang ke selatan, lanjut ke Pantai Tambak, arah Gua Embul Tuk di desa Tumpak Kepuh

Menelusuri Indahnya Pantai Pasur

Pantai Pasur terletak sekitar 32 km dari arah selatan kota Blitar. Letaknya sekitar 6 km dari Desa Tumpak Kepuh. Untuk menuju pantai ini dari Kota Blitar ke arah Tambak Rejo atau Kademangan dan dilanjut ke arah Bakung arah Monumen Trisula. Lalu ikuti jalan tersebut sampai bertemu dengan papan penunjuk ke arah Pantai Pasur

Menikmati Keunikan Air Terjun Tirto Galuh

Air Terjun Tirto Galuh terletak di Desa Kedung Malang, Kecamatan Bakung. Jaraknya sekitar 7 km dari Pantai Pasur. Akses menuju air terjun ini lumayan baik setelah mendekati area ini.

Menikmati Hamparan Hijau Kota Blitar dari Menara Pantau Gunung Kelud

Apabila kita berada di lereng Gunung Kelud di sisi selatan, jangan lewatkan untuk menikmati pemandangan Kota Blitar dari ketinggian

Wisata Sejarah Candi Gambar Wetan

Candi Wetan Wisata sejarah yang terpendam ini terletak di Desa Gambar Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Candi Gambar Wetan dibuka untuk umum sejak zaman Belanda

Minggu, 02 Desember 2018

Pekan Penilaian Akhir Semester Ganjil 2018-2019

Mulai tanggal 3 Desember 2018 sampai 8 Desember 2018, SMP Negeri 1 Srengat mengadakan Penilaian Akhir Semester(PAS) Ganjil Tahun Pelajaran 2018-2019. PAS dilaksanakan dalam dua sesi yaitu sesi pagi untuk siswa kelas 9 dan sesi siang untuk kelas 7 dan kelas 8. Jadwal PAS SMP Negeri 1 Srengat sebagai berikut.
1. Senin, 3 Desember 2018 : Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama.
2. Selasa, 4 Desember 2018 : Bahasa Inggris dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
3. Rabu, 5 Desember 2018 : IPA dan Bahasa Daerah
4. Kamis, 6 Desember 2018 : IPS dan PPKn
5. Jumat, 7 Desember 2018 : Matematika
6. Sabtu, 8 Desember 2018 : Seni Budaya dan Prakarya.

Selasa, 11 Agustus 2015

Wisata Sejarah Candi Gambar Wetan

             
 Candi Gambar Wetan
Wisata sejarah yang terpendam ini terletak di Desa Gambar Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Candi Gambar Wetan dibuka untuk umum sejak zaman Belanda. Candi Gambar Wetan ini merupakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Dinamakan Gambar Wetan karena letaknya di Desa Gambar bagian wetan/timur. Jarak dari pemukiman warga sekitar 2,5 km. Jalan menuju ke sana masih berupa tanah yang sempit. Daerah sekitarnya berupa perkebunan karet milik perkebunan dari BUMN. Lokasi candi sangat rindang. Terdapat satu pohon pule yang besar dan banyak bunga mawar. Bunga mawar biasanya dipanen oleh pihak perkebunan.  Candi terletak di bagian atas, untuk menuju ke sana terdapat tangga dari batu. Disediakan bangunan kecil untuk istirahat pengunjung dan penjaga candi. Dari atas pengunjung bisa melihat pertambangan pasir di Kali Bladak. Pertambangan di Kali Blabak ini setiap harinya lebih dari 200 truk dalam 24 jam.  Di dalamnya ada sebuah bangunan kecil yang dinamakan Balekambang. Di bagian selatan bawah masih terdapat candi kecil. Sebenarnya banyak candi besar, akan tetapi terpendam oleh pasir danbatuan dari erupsi Gunung Kelud. Petugas mengetahui itu pada waktu melakukan penggalian dan cangkulnya mengenai sisi candi dan ditemukan arca. Penggalian pertama dilakukan pada tahun 1992.  Ada petugas paguyuban pelestari cagar budaya Blitar yang biasa dipanggil Pak Kas. Ia bertugas membersihkan candi.
                Diperkirakan candi ini ada sekitar tahun 1272 M. Candi Gambar Wetan ini sudah pernah disurvey dari pusat. Direncanakan pada tahun 2016 akan dilakukan pembuatan jalan menuju lokasi candi. Kata petugas, pernah ditemukan relief  Werkudara di Dam Sangiran.  Sebelum candi ini diresmikan menjadi situs purbakala oleh pemerintah,banyak orang yang mengambil relief dari Candi Gambar Wetan ini.sebagian dari bagian candi ada yang hilang tertimbun pasir erupsi Kelud ada juga yang diambil orang. Pada zaman Belanda, relief diambil untuk dijadikan pajangan di rumah Direksi Kebesaran. Namun, sekarang, patung relief diambil oleh pihak museum dan dimasukkan ke Trowulan. Tanah sekitar candi tergolong subur, namun sulit untuk mendapatkan air. Biasanya air didapat dari Kali Kuning.

Senin, 10 Agustus 2015

Menikmati Hamparan Hijau Kota Blitar dari Menara Pantau Gunung Kelud


Apabila kita berada di lereng Gunung Kelud di sisi selatan, jangan lewatkan untuk menikmati pemandangan Kota Blitar dari ketinggian. Hamparan bukit, lembah, persawahan, perkebunan dan landskap Kota Blitar akan, yang nampak jelas dari Pos Pantau Gunung Kelud ini. Pos Pantau yang sekarang sering bergungsi sebagai menara pandang ini terletak di Dusun Gambaranyar, Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Lokasi Menara Pandang ini berada di tengah luasnya Perkebunan Gambar yang merupakan perkebunan cengkeh.
 Menara Pandang ini berupa bangunan beratap joglo yang bisa digunakan sebagai tempat untuk melihat indahnya panorama Kota Blitar dan Kota Kediri dari ketinggian. Selain itu jika cuaca cerah kita juga bisa melihat Gunung Kelud dari menara ini.
Untuk menuju ke lokasi, jika kita berangkat dari Kota Blitar, kita lewat jalan raya ke arah Nglegok lurus ke utara sampai bertemu pasar Nglegok. Kemudian belok kiri sekitar 200 meter menuju ke daerah Candi Penataran, lanjut belok kanan melewati jalan kampung yang cukup bagus. Ikuti jalan sampai bertemu dengan Blumbang Pacuh, di pertigaan terdapat papan penunjuk jalan. Setelah itu kita harus melewati jalan tanah yang terjal di antara pepohonan jati dan sengon. Kita pun harus melewati jembatan Kali Bladak yang cukup sempit dan menanjak tajam. Perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalan yang ada hingga kita sampai di perkampungan terakhir, kemudian kita naik menuju ke atas bukit menuju Menara Pandang ini. Jalan menuju ini memang agak sulit karena jalanan masih berupa tanah dan diperparah karena sering dilalui truk pengangkut pasir maupun batu dari Kali Bladak.
Setelah melewati perkampungan terakhir, jalan menuju menara ini berupa jalan tanah yang tidak rata. Lebar jalan pun hanya mampu dilewati satu mobil dari satu arah. Mengingat di dekat menara terdapat penebangan pohon yang dilakukan pihak perkebunan, pengunjung harus berhati-hati. Apalagi jika berpapasan dengan truk pengangkut dari atas, pengunjung tentu harus mundur untuk menghindari truk dari atas bukit.
Di sekitar Menara Pandang ini sebenarnya sudah terdapat fasilitas dapur dan kamar mandi yang kondisi bangunannya masih baik. Namun, sekarang dapur dan kamar mandi tersebut sudah tidak dapat difungsikan dikarenakan mengalami kerusakan di bagian saluran air. Di depan menara ini juga sudah ada bangku dan meja taman bagi pengunjung sehingga bisa menikmati keindahan alam sambil duduk di bangku taman. Sebenarnya di sekitar menara ini sudah diberi papan peringatan agar tidak mencoret-coret di area menara, namun masih saja ada yang melakukan hal tersebut. Meskipun begitu, kondisi di sekitar menara sudah cukup bersih dengan dikelilingi pohon besar dan rerumputan hijau.
    Tempat ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Jalan menuju Menara Pandang ini memiliki panorama yang sangat indah karena dikelilingi luasnya perkebunan cengkeh dan kopi. Dari menara ini kita bisa melihat indahnya Kota Blitar dan Kota Kediri dari ketinggian. Hamparan perkebunan nan hijau, Gunung Kelud dan perbukitan tinggi menjulang bisa kita nikmati dari sini. Meskipun jalan masih berupa tanah yang naik turun, hal ini bisa menjadi hal yang menarik dan menantang. Apalagi untuk orang-orang yang memiliki hobi offroad ataupun bermotor touring.
    Karena letaknya yang berada di ketinggian, bukit di sekitar menara ini memiliki potensi untuk dijadikan sarana untuk outbond seperti flying fox maupun gantole dari satu bukit menuju bukit yang lain. Saat bermain gantole kita juga bisa menikmati keindahan alam di sekitarnya. Tentu hal ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, mengingat indahnya panorama di sekitar menara, tempat ini bisa menjadi objek fotografi yang menarik bagi orang-orang yang memiliki hobi di bidang fotografi. Di samping itu, karena terdapat banyak pohon besar dan tinggi di sekitar menara, bisa juga dibuat rumah pohon yang unik bagi pengunjung.
    Pengembalian fungsi perkebunan tebu di sekitar menara menjadi perkebunan kopi memiliki potensi menjadi alternatif wisata selain menuju menara ini. Apalagi didukung juga dengan perkebunan cengkeh. Jadi untuk menuju menara ini bisa memiliki rangkaian wisata yang beragam. Mulai dari offroad, wisata kebun kopi, kebun cengkeh, Menara Pandang, flying fox, gantole, bahkan sampai bermotor trail.
    Tetapi untuk memberi pemahaman dan informasi kepada pengunjung, diperlukan pemandu wisata untuk menuju menara ini. Apabila akan dikembangkan wisata kebun kopi ataupun cengkeh, perlu ada petugas perkebunan yang akan menjelaskan segala sesuatu mengenai perkebunan tersebut. Namun sayangnya saat ini tidak ada penjaga ataupun pemandu wisata di Menara Pandang ini sehingga pengunjung tidak bisa bertanya tentang asal-usul Menara Pandang ini.
    Untuk mengembangkan potensi wisata di Menara Pandang, Pemerintahan Kabupaten Blitar harus bekerja sama dengan pemerintah desa dan juga masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pariwisata dibutuhkan keterlibatan masyarakat sebagai pemandu wisata. Di samping itu, diperlukan perbaikan jalan mulai dari pertigaan sebelum kawasan wisata Candi Penataran hingga perkampungan terakhir sebelum masuk kawasan perkebunan demi menunjang kegiatan pariwisata menuju Menara Pandang ini.

Kekunaan Candi Mleri

         Candi Mleri terletak di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Letaknya tidak terlalu jauh dari kawasan Gunung Pegat yang ada di KecamatanSrengat. Mleri sendiri memiliki arti tempat peristirahatan. Candi ini juga biasa disebut Kekunaan Mleri karena kondisinya yang terkesan sudah kuno. Candi ini banyak dikunjungi oleh peziarah maupun pelajar yang ingin mencari informasi lebih mengenai Candi Mleri.
          Keberadaa Candi Mleri sudah diketahui sejak tahun 1012 Masehi. Candi ini merupakan candi makam peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditandai dengan adanya tanaman Maja di depan area Candi Mleri. Di dalam kompleks candi terdapat 6 makam yang terdiri dari makam Raja dan Ratu Singosari serta para prajuritnya. Makam utama terletak di sebuah rumahkecil yang terdiri dari dua makam, yaitu makam Raja dan Ratu Singosari .Candi ini diresmikan Pemerintah Provinsi sekitar tahun 1978.
Keadaan di candi inicukup bersih, dengan dikelilingi beberapa pohon besars eperti pohonMaja dan pohon sawo.
           Untuk menuju lokasi cukup mudah. Apabila kita dari arah timur  atau Kota Blitar, sampai perempatan Poluhan, kita terus menuju ke barat. Lalu terdapat perempatan pertama di sebelah barat SMA 1 Srengat kita belok ke kanan. Setelah terdapat perempatan kita bisa mengambil arah ke kiri sampai terdapat musholla. Sampailah kita di CandiMleri yang terdapat di sebelah barat musholla.
Selain itu kita bias mengambil arah dari perempatan Poluwan terus ke barat hingga terdapa tperempatan kedua yang biasa disebut Perempatan Eko Karyo oleh penduduk sekitar. Dari perempatan tersebut, kita mengambil arah ke kanan. Kemudian sampai di perempatan pertama belok ke kanan. Kemudian terdapat perempatan lagi, kita belok kiri menuju areal persawahan. Jalan di sekitar persawahan ini belum beraspal sehingga berdebu dan kita harus berhati-hati. Sampai ada pertigaan, belok ke kanan kurang lebih 300 meter. Sampailah kita di depan CandiMleri.
           Untuk masuk ke Candi Mleri pengunjung tidak dipungut biaya, pengunjung hanya diminta mengisi buku tamu. Kompleks candi ini memang tertutup, sehingga sebelum masuk ke areal CandiMleri ini, pengunjung harus mengunjungi rumah juru pemelihara (jupel) di sekitar CandiMleri ini untuk mengisi buku tamu.Setelah itu, baru pengunjung dibukakan pintu untuk masuk ke candi tersebut. Untuk masuk ke dalam candi ini,  pengunjung akan di damping oleh seorang jupel. Jupel sendiri merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar candi tersebut danposisi ini diwariskan secara turun temurun.
             Di depan area Candi Mleri terdapat pohon Maja yang memiliki buah berbentuk bulat berwarna hijau dan berukuran sebesar buah kelapa. Buahnya memang tidak bias dimakan, namun menurut jupel Candi Mleri, buah ini bias disuling menjadi minyak dan dapat dijadikan obat berbagai penyakit.
Pemandangan sekitar candi cukup asri. Banyak pohon besar dan persawahan di sekitarnya menyajikan panorama indah dan udara pun sejuk. Letaknya memang dekat dengan persawahan dan juga lereng Gunung Pegat, sehingga pengunjung juga bias menikmati keindahan di sekitar Candi Mleri tersebut. Terdapat 2 jenis makam di area candi, yaituLingga dan Yoni. Lingga adalah makam untuk lelaki, sedangkan Yoni adalah makam untuk perempuan. Secara struktur dan bentuknya, kedua makam ini memang berbeda.
Di candi ini juga terdapat tempat pemandian bayi Hindu pada masa itu. Selain itu juga biasa digunakan dalam upacara 7 bulanan. Selain makam, terdapat dua buah bat udengan relief yang menggunakan huruf Pallawa. Namun sayangnya, jupel candi ini hanya mengetahui arti tulisan bagian awalnya, yaitu berupa ucapan salam bagi orang Hindu.
              Sayangnya, candi ini sudah jarang dikunjungi. Biasanya pengunjungnya adalah peziarah yang sekedar ingin menaburkan bunga di makam. Selain itu, belum ada papan penunjuk jalan menuju lokasi sehingga bagi pengunjung yang berasal dari luar Kecamatan Srengat harus bertanya kepada masyarakat sekitar untuk menemukannya, mengingat letaknya yang berada cukup jauh dari jalan raya.
Untuk mengembangkan candi ini, perlu diberikan papan penunjuk arah menuju Candi Mleri. Dari segi kebersihan, candi ini sudah cukup bersih.Namun masih perlu dilakukan perbaikan jalan dari arah barat di sekitar persawahan menuju Candi.

Gua Tumpuk yang Malang

Gua Tumpuk
       
Ternyata Blitar, kota kecil di bagian selatan Jawa timur ini, menyimpan berjuta-juta keindahan dan  keajaiban alam. Salah satunya adalah Goa Tumpuk. Goa ini terletak di Desa Selokajang, Dukuh Maron, Selokajang, Kecamatan Srengat. 
         Jarak goa ini dari pusat pemerintahan Kecamatan Srengat kurang lebih 7  km dan bisa ditempuh dalam waktu 10 menit. Bila kita berangkat dari  pusat pemerintahan Kecamatan Srengat, dari jalan raya kita cari perempatan di sebelah Barat pasar Srengat,  ambil jalan ke selatan terus, kemudian ke timur. Setelah bertemu monumen Sentra Gula Kelapa, jalan ke selatan sampai hampir mencapai Sungai Brantas. Jalan menuju ke gua tidak begitu mudah dikenali karena harus lewat kompleks makam Tionghoa. Jalan  akses menuju ke lokasi inilah yang masih terjal dan rusak.
        Guanya kecil, kata penduduk setempat, hanya sekitar 50 m. Dinamakan goa Tumpuk mungkin karena di atas goa terdapat gundukan batu yang besar. Orang Jawa menyebutnya tumpuk. Di sekitar goa sangat sepi. Dulu ada juru kunci yang bernama Ponirin, namun, sekarang tidak ada lagi karena orangnya sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. Udara di dalam goa sangat dingin dan lembab.
Saat ini, banyak orang yang berkunjung ke sana untuk melihat keadaan goa. Memang pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, namun melihat keadaan goa yang sangat kotor dan dipenuhi dedaunan kering dari pohon di sekitarnya, tentu membuat orang enggan untuk datang. Kondisi gua kelihatan tidak terurus dan tidak mendapat perhatian dari aparat Desa untuk di kembangkan menjadi lokasi wisata.

Jumat, 07 Agustus 2015

Menguak Sejarah Monumen Trisula

Monumen Trisula

      Monumen ini merupakan salah satu monumen bersejarah di Kabupaten Blitar. Tepatnya berada di Desa Bakung yang berada di daerah Blitar Selatan.  Monumen Trisula ini berdiri di atas tanah yang luasnya lebih kurang 5.625 m2. Monumen bersejarah yang berada di kawasan pemukiman padat penduduk ini dapat ditempuh dengan jarak skitar 28 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Blitar. Dari Kabupaten Blitar bisa lewat Kademangan. Dari jembatan belok kiri dan lurus terus mengikuti arah Pantai Tambak Rejo. Hingga di perempatan gawang bisa belok ke kanan. Jarak dari sini sekitar 8 km (menurut papan penunjuk arah). Untuk bisa sampai hanya tinggal berjalan terus lewat jalan utama hingga ditemukan Monumen Trisula berada  di sebelah kiri jalan yang agak menanjak. Akses menuju monumen ini sudah memadai.  Jalan beraspal cukup nyaman untuk dilewati. Namun, karena Monumen Trisula ini berada di daerah pegunungan Blitar Selatan, maka jalannya juga naik turun dan berkelok-kelok.  Saat pengunjung tiba di lokasi, di sebelah selatan depan monumen ada lahan kosong yang biasa digunakan untuk bermain, bisa untuk tempat parkir. Pada saat kami berkunjung ke sana pada sore hari tempat itu digunakan untuk bermain. Seharusnya tetap ada penjaga/pemandu di sana untuk membantu pengunjung melihat monumen itu. Dan apabila ada yang memiliki pertanyaan makan bisa dijawab.
    Di dekat monumen ini terdapat bangunan rumah tua. Namun, pada saat kami berkunjung sudah tutup. Di dalamnya banyak terdapat bukti-bukti perjuangan Operasi Trisula.  Ada peta yang terdapat di dalam markas TNI Angkatan Darat. Peta tersebut menggambarkan strategi perang para TNI ADarat dalam melakukan Operasi Trisula yang bertujuan untuk menumpas membersihkan komunisme PKI dari Bangsa Indonesia. Beberapa prasasti yang terdapat dalam Monumen Trisula mulai dari tahun pendirian,sampai nama-nama TNI Angkatan Darat dan tokoh masyarakat yang berpartisipasi dalam melakukan Operasi Trisula di daerah Blitar selatan.
    Setelah sampai di sana, pengunjung akan bisa melihat sebuah patung 3 orang yang berdiri mengangkat senjata.  Monumen ini merupakan wisata sejarah untuk mengenang perjuangan Operasi Trisula pada 1968 oleh Brigade Infanteri Lintas Udara18/Trisula yang dipimpin langsung oleh Danbrigif Linud 18 pertama Kolonen Inf Witarmin. Didirikan untuk mengenang  jasa pahlawan dalam melakukan pemberantasan G.30.S/PKI tahun 1965. Monumen ini juga dijadikan suatu tempat bersejarah dimana prajurit yang termasuk jajaran Brigif Linud 18/Trisula melaksanakan napak tilas dan melakukan tradisi Pembaretan Wing Lintas Udara serta melaksanakan renungan atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh para pendahulu.
    Monumen Trisula diresmikan pada 18 Desember 1972 oleh M. Yasin yang saat itu menjabat sebagai  Letnan Jenderal TNI AD yang bertugas sebagai Deputi Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia  Angkatan Darat. Dan disahkan oleh Surat Keputusan Panglima Daerah Militer VIII Brawijaya Mayor Jenderal TNI Wijoyo Soejono Bo: SKEP/2012/VIIII/1972 tanggal 16 Agustus 1972. Keberadaan Monumen Trisula menunjukkan betapa gagah dan gigihnya para prajurit patriot bangsa untuk mempertahankan dasar negara Pancasila.
    Mungkin monumen ini tidak begitu diminati oleh anak muda. Akan tetapi, dibalik monumen itu terdapat perjuangan para pahlawan untuk tetap mempertahankan dasar negara kita yaitu Pancasila. Jadi, jangan salah memandang wisata besejarah ini.
    Dengan segala potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Blitar, seharusnya pemerintah bisa memanfaatkan hal itu. Pemerintah harus mampu melakukan pembangunan fasilitas umum dan melakukan promosi obyek wisata tersebut. Upaya pengembangan potensi wisata di Kabupaten Blitar dapat dilakukan dengan berkerjasama bersama pihak-pihak lain seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan, ataupun biro perjalanan (tour and travel). Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk menunjang kegiatan pariwisata tersebut. Persiapan perlu dilakukan seperti pembangunan fasilitas umum, misalnya infrastruktur jalan, kamar mandi/kamar ganti, mushola, warung makanan, dan tempat untuk bersantai seperti gazebo. Selain itu, perlu dilakukan juga promosi baik melalui media sosial, elektronik, maupun media cetak. Apabila fasilitas umum sudah lengkap dan promosi yang dilakukan berhasil, maka bisa menarik kunjungan wisatawan ke obyek wisata yang ada di Kabupaten Blitar. Yang selanjutnya kegiatan pariwisata ini dapat menguntungkan pemerintah Kabupaten sebagai sumber pendapatan asli daerah, menguntungkan masyarakat di sekitar obyek wisata, serta dapat menguntung perusahaan biro perjalanan wisata.

Gua Umbul Tuk yang Mulai Terlupakan

            Goa Umbul Tuk terletak di Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. Goa yang terletak di kawasan hutan jati ini merupakan goa alam dengan pesona stalagtit dan stalagmit yang sangat indah. Akses jalan menuju Goa Umbul Tuk dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 4 dengan kondisi jalan beraspal yang cukup baik. Tempat parkir di sekitar goa ini juga cukup luas.
Akses menuju Goa Umbul Tuk

            Bagi para pengunjung yang ingin berbasah-basahan memasuki Goa Umbul Tuk ini, telah disediakan 2 kamar ganti di dekat tempat wisata. Namun, kamar ganti yang ada telah rusak dan tidak layak untuk digunakan. Kondisinya sudah sangat tua dan kotor.
Fasilitas di sekitar Goa Umbul Tuk

           Untuk menyusuri goa sepanjang 1,5 km ini, sebenarnya pengunjung harus didampingi oleh pemandu wisata. Namun, ketika kami melakukan observasi di Goa Umbul Tuk ini, kami tidak menemukan adanya pemandu wisata di sana. Kami malah disambut dengan seorang warga desa yang sedang mencuci pakaiannya di bibir Goa Umbul Tuk. Meskipun pada saat itu sepi pengunjung, tentu hal ini sangat mengganggu pemandangan awal untuk masuk ke goa ini, selain itu kegiatan yang dilakukan warga desa tersebut dapat mencemari air goa.
           Bagi para pengunjung yang ingin sekedar menikmati pemandangan di sekitar Goa Umbul Tuk, telah disediakan gazebo untuk bersantai. Fasilitas ini masih layak untuk digunakan walaupun sudah cukup usang.
                                                               Bibir Goa Umbul Tuk
           Sebenarnya Goa Umbul Tuk memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, asalkan fasilitas yang sudah cukup lengkap di dalamnya dapat diperbaiki lagi. Serta kebersihan goa juga dijaga baik oleh para pengunjung maupun warga desa sekitar. Selain itu, sudah seharusnya disediakan pemandu wisata untuk menemani para pengunjung menyusuri goa. Bukan hanya untuk kemanan para pengunjung saja, pemandu wisata juga dapat memberikan informasi seputar Goa Umbul Tuk kepada para pengunjung. Kemudian, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dapat ditambah dengan adanya warung makanan di kawasan tempat wisata.

Artikel tentang wisata Gua Umbul Tuk ini juga bisa diakses di http://www.blitarkab.go.id/2012/06/229.html